Kebebasan Berpikir

Posted By Lingkar Pena Kembara || Literasi Ilmu Politik Unnes on Rabu, 14 Desember 2016 | 09.16



Selamat sore, pertama" saya meminta maaf kepada diri saya sendiri , kemudian dengan teman" seperjuangan saya jika saya kehilangan ideologi saya saat saya menggunakan penunjang tulisan, karena menurut saya jika tulisan tak dibaca sama saja. Mungkin ini akan sedikit berkaitan dengan lembaran yang akan diedarkan dari temen temen penakembara.
Untuk kata kebebasan berpikir, dan juga untuk taraf kita sebagai mahasiswa pasti ada permasalahan dengar pemikiran, entah pemikiran temen, pemikiran pacar, pemikiran musuh, pemikiran dosen dan lain sebagainya.
Kenapa sih kok ada permasalahan dengan pemikiran? Mungkin itu karna pemikiran dapat menggambarkan seseorang dan juga dapat mempengaruhi orang lain dalam berinteraksi sosial.
Ini pembahasan yg ingin sedikit saya tuliskan, dimana saat kita berinteraksi sosial dengan manusia yang lain apalagi dalam lingkungan mahasiswa, mungkin banyak orang yang akan berpikir, 'jauh jauh kamu dari orang yang memiliki pandangan kaya teroris' atau 'kamu jangan deket dan kumpul dengan yang memiliki pandangan kekirian atau komunis, bahaya'
Kalimat semacam itulah yang sering dilontarkan manusia di kampus, atau pun orang tua mahasiswa, yang secara tidak langsung mengintruksikan untuk melarang berkomunikasi sosial yang bebas kepada orang yang memiliki pemikiran yang dianggap miring.
Hal ini mungkin sedikit terasa ganjal karena saat kita berada di lingkungan seperti ini yang sering dikatakan adalah agamamu, agamamu dan bagiku agamaku, agamaku, atau secara tidak langsung urusan agama dan juga kehidupan besosial itu sudah sepatutnya ada di tempat terpisah, akan tetapi beberapa waktu lalu beberapa orang mengatakan bahwa Indonesia itu bukan negara sekuler, tetapi negara teokrasi yang berdasarkan agama dan kepercayaan, lantas kenapa di kehidupan kampus yang dibilang kita saling toleransi dan tidak mengurusi agama seseorang tapi banyak yang melarang bersosial dengan orang tertentu? Bukan kah itu pengucilan? Mungkin jawabannya ya karena menjaa diri takut dari hal hal yg bisa menyesatkan kita, akan tetapi terpengaruh atau tidak itu bergantung kepada kemampuan seseorang bisa mempertahankan ideologi yang dipegang dan dibela nya, bukan ada orang lain mempengaruhi, itu sih menurut saya. Kalo pun ada yg mempengaruhi saya kuat ya gaakan kepengaruh.
Dan keterkaitan dengan kebebasan berpikir, dengan jaman yang sudah modern dan terlampau individualistis ini rasa bebas mungkin sudah disalah artikan besar oleh kebanyakan orang, dimana dengan keasyikan mereka dengan gawai yang mereka miliki, dengan aktivitas yang mereka sukai dan melupakan apa yang harus dilakukan. Sepertinya perasaan gembira dengan diri sendiri mampu mengembangkan perasaan bahwa tanpa kenal dan bersosial secara langsung kita masih bisa bahagia walau lewat gawai / telepon pintar yang dimiliki. Dengan berkembangnya rasa individualistis rasa kebebasan itu mulai timbul dimana, apa" ya urusan gue ini, serah gue, atau semau gue lah oramg idup" gue kok. Sikap atau perkataan yang mengutamakan kebebasan ini lah yang mungkin menurut saya mengganggu dan mampu merubah kebudayaan asli Indonesia yang mengutamakan interaksi sosial dan guyub, ya jadi hilang lah budaya yang ribuan tahun sudah ada di negeri ini.
Rasa bebas pun bisa menyelinap untuk membebaskan kesalahan, dimana orang salah saat diingatkan tidak suka dan mengatakan bukan urusan mu, padahal ada di lingkungan umum, ini adalah sebuah kemunduran peradaban menurut saya, dimana pada awal manusia tak berbahasa, lalu berbahasa dan berkomunikasi berinteraksi sosial, menjadi manusia yang jarang bersosialisasi dengan yang lain dan saat diajak komunikasi tidak suka bahkan ada yang mengatakan 'sok asik'. Padahal inilah budaya kita, budaya sosial. Kita berinterakasi ya sosial, hidup juga sosial dengan orang yang ada disekitar kita, tapi rasa individualistis sudah dengan besar mempengaruhi manusia dengan segala kemudahan yang ada.
Tapi saat beberapa orang berpikiran tentang kehidupan sosial, cara sosial, dan juga pemikiran sosial justru orang seperti itu dibilang memiliki pemikiran yang berbahaya, dan sudah tidak relevan dengan kemajuan teknologi dan juga jaman. Bahkan dianggap memiliki pemikiran yang berbahaya.
Setau saya dalam lingkungan kampus kita memiliki tempat untuk bebas berpikir namun masih terikat dengan norma yang ada jadi tidak terlampau bebas. Namun realita yang ada saat pemikiran mahasiswa sudah mulai terbuka, dan juga sudah berkembang, ada juga oknum yang mengatakan untuk menghentikan aktivitas dan segera menyamai untuk sama seperti orang yang lain, seskan untuk berpikir pun kita dipaksa dan dibatasi, lagipula mahasiswa dikampus itu untuk mencari ilmu, tetapi dengan beberapa kandang yang diberikan sudah tidak terlihat lagi rasa bebas yang bernorma ada dalam lingkungan kampus.

Terimakasih
Blog, Updated at: 09.16

0 komentar:

Posting Komentar